https://www.si-technologies.com/meta-digugat-atas-dugaan-gunakan-buku-bajakan-untuk-melatih-ai/

Mendikti Ungkap Pekerjaan yang Terancam Digantikan AI, Ini Solusi untuk Bertahan

AI & Inovasi

16 Januari 2025

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikti) Nadiem Makarim mengungkapkan kekhawatiran tentang dampak kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), terhadap pasar tenaga kerja. Dalam sebuah seminar yang digelar di Jakarta, Nadiem menyoroti beberapa jenis pekerjaan yang berisiko besar digantikan oleh teknologi AI, serta menawarkan solusi bagi masyarakat untuk tetap relevan di era digital.

Pekerjaan yang Terancam oleh AI

Menurut Mendikti, beberapa jenis pekerjaan yang mengandalkan tugas repetitif dan berbasis data sudah mulai terotomasi dengan hadirnya teknologi AI. Beberapa sektor yang berisiko antara lain:

  1. Administrasi dan Entri Data
    AI telah mampu memproses data dalam jumlah besar dengan lebih cepat dan akurat, mengurangi kebutuhan akan pekerjaan administratif manual.
  2. Manufaktur
    Otomatisasi di sektor manufaktur, seperti penggunaan robot untuk perakitan produk, semakin mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia.
  3. Pekerjaan di Bidang Keuangan
    AI dan algoritma machine learning kini dapat menganalisis data keuangan, membuat prediksi, dan bahkan melakukan audit dengan efisiensi tinggi.
  4. Layanan Pelanggan
    Chatbot berbasis AI telah menggantikan peran manusia dalam menjawab pertanyaan pelanggan di berbagai platform online.

“Kita tidak bisa menghentikan perkembangan teknologi. Namun, kita bisa mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan perubahan ini,” kata Nadiem.

Solusi untuk Bertahan di Era AI

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Mendikti menekankan pentingnya peningkatan keterampilan dan pendidikan berbasis teknologi. Berikut beberapa langkah yang disarankan:

  1. Peningkatan Literasi Digital
    Nadiem mendorong masyarakat untuk memahami teknologi digital, mulai dari penggunaan perangkat lunak hingga pemahaman tentang algoritma dan data.
  2. Penguasaan Soft Skills
    Pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, empati, dan pemecahan masalah kompleks lebih sulit digantikan oleh AI. Oleh karena itu, pengembangan soft skills seperti komunikasi, kolaborasi, dan inovasi menjadi sangat penting.
  3. Fokus pada Pendidikan Berbasis Teknologi
    Pemerintah akan meningkatkan investasi dalam pendidikan teknologi, termasuk program coding, analisis data, dan kecerdasan buatan, yang dapat diakses oleh siswa dari berbagai latar belakang.
  4. Entrepreneurship dan Inovasi
    AI menciptakan peluang baru bagi pengusaha. Nadiem mengajak masyarakat untuk melihat teknologi bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai alat untuk menciptakan produk dan layanan baru.

“Mereka yang memiliki keterampilan unik dan kemampuan berinovasi akan tetap relevan dan bahkan lebih dibutuhkan di era AI,” tambahnya.

Langkah Pemerintah

Sebagai bagian dari solusi, Mendikti mengumumkan beberapa inisiatif baru:

  • Program Pelatihan Kerja Digital Nasional, yang menyediakan kursus gratis dalam keterampilan teknologi tinggi.
  • Kerja sama dengan industri untuk menciptakan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja saat ini.
  • Bantuan Beasiswa Teknologi untuk siswa berprestasi yang ingin mendalami bidang seperti kecerdasan buatan, robotika, dan data sains.

Tanggapan Publik dan Pakar

Pernyataan Nadiem ini mendapatkan beragam tanggapan dari masyarakat. Banyak yang mengapresiasi langkah pemerintah untuk meningkatkan literasi digital dan pelatihan kerja. Namun, beberapa pihak juga mengingatkan pentingnya memberikan dukungan kepada pekerja yang saat ini terancam kehilangan pekerjaan.

“Pemerintah perlu memastikan bahwa semua orang, termasuk pekerja di sektor tradisional, memiliki akses ke pelatihan dan pendidikan yang mereka butuhkan untuk bertahan,” ujar seorang pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia.

Kesimpulan

Kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, memang tidak terhindarkan, tetapi dengan persiapan yang tepat, masyarakat dapat melihat perubahan ini sebagai peluang, bukan ancaman.

Dengan peningkatan keterampilan, adaptasi terhadap teknologi, dan dukungan pemerintah, Indonesia dapat menghadapi era AI dengan optimisme dan tetap kompetitif di panggung global. “Kuncinya adalah belajar terus-menerus,” tutup Nadiem dalam pidatonya.